Panen raya tembakau di Lereng Gunung Sindoro telah dimulai. Panen raya ditandai dengan digelarnya ritual Selamatan Wiwit Mbako, atau petik pertama daun tembakau yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Temanggung. Masyarakat dan pemerintah Kabupaten Temanggung menggelar tradisi wiwitan di alun-alun kota yang diikuti oleh para petani lereng Gunung, meliputi Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Prau. Prosesi petik daun tembakau secara simbolis dilakukan oleh Bupati Temanggung pada tanggal 21 Agustus 2022.
"Tradisi wiwit tembakau ini dilakukan sebagai rasa syukur dan doa agar petani dalam mengolah tembakau mendapatkan rezeki banyak," kata Bupati Temanggung M. Al Khadziq di Desa Mranggen Tengah, Kecamatan Bansari pada Jumat, (29/7).
Tradisi wiwit ini merupakan tradisi yang sudah mengakar dan sejak dulu dilakukan oleh masyarakat Temanggung yang mayoritas berprofesi sebagai petani tembakau. Dengan adanya tembakau sebagai komoditas utama warga khususnya Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, menjadi pondasi utama dalam kehidupan ekonomi masyarakatnya. Peningkatan dalam bidang ekonomi masyarakat Desa Katekan berlangsung ketika adanya panen tembakau. Seluruh warga Desa Katekan sangat antusias dalam melakukan panen tembakau.
Para petani mulai memetik daun tembakau secara bertahap dari yang paling bawah untuk diolah menjadi tembakau rajangan sebagai bahan baku pembuatan rokok kretek. Proses pengolahan tembakau sendiri setelah daun dipetik masih panjang prosesnya. Mulai dari dipotong kecil-kecil atau biasa disebut rajang. Setelah tembakau sudah dirajang proses selanjutnya pemberian gula. Setelah gula ditabur rata tembakau bisa ditata di rigen untuk dijemur. Kemudian tembakau yang sudah ditabur gula dilanjutkan pada proses pengeringan di bawah sinar matahari secara langsung di tempat yang lapang. Teriknya sinar matahari berpengaruh pada rasa dari tembakaunya. Jika terik matahari yang cukup maka akan menghasilkan kualitas tembakau yang sempurna. Setelah dikeringkan, langkah selanjutnya adalah proses pembusukan dan tembakau siap dijual ke perusahaan rokok.
Tembakau Temanggung memiliki cita rasa yang khas. Tembakau Temanggung digunakan sebagai bahan baku rokok kretek, pemberi rasa dan aroma. Tembakau Temanggung dibudidayakan pada tujuh sentra produksi yaitu Lamuk, Lamsi, Paksi, Toalo, Tionggang, Swanbing, dan Kidulan. Sedangkan varietas lain yang dibudidayakan selain Kemloko, juga ditemukan varietas jenis Mantili, Pelus, dan BAT (Bako Anti Teler).
Hamparan hijau tanaman tembakau menyelimuti kawasan lereng Gunung Sumbing, Gunung Sindoro dan Gunung Prau di musim ini. Namun pelaksanaan panen raya tembakau tahun ini mengalami kemunduran. Panen raya tahun sebelumnya berada di periode awal bulan Juli. Sedangkan, untuk tahun ini panen raya baru bisa dilakukan di pertengahan Agustus karena perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Bulan Agustus ini biasanya musim kemarau namun hujan masih saja sering turun.
Bagi para petani Temanggung menanam tembakau semacam merupakan keharusan karena tanaman ini bagian dari kultur di kawasan Gunung Sumbing, Sindoro, dan Gunung Prau. "Tembakau bukan sekedar tanaman namun sudah seperti warisan dari orang tua yang harus terus dijaga" kata Pak Aumut salah satu perangkat Desa Katekan. Tembakau telah menjadi jiwa masyarakat dan harga diri masyarakat Kabupaten Temanggung. Tembakau belum bisa tergantikan dengan komoditas yang lain.
Dalam beberapa tahun terakhir sebenarnya kondisi pertembakauan masih sama, tidak ada sesuatu yang istimewa yang membuat harga tembakau menjadi semakin mahal, karena tidak ada jaminan harga tahun ini akan lebih baik. Bahkan biaya produksi untuk pengolahan tembakau terhitung mahal. Namun semangat para petani tembakau tetap ada, untuk melanjutkan warisan dari orang tua terdahulu.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook